florida - whistle

Rabu, 22 Mei 2013

Waktu Adalah Pedang

Waktu Adalah Pedang


Sering kita terutama saudara muslim mendengar bahkan menjadikan kutipan hikmah yang berasal dari ucapan Imam Syafi'i Rahimullah yang menyatakan bahwa "waktu laksana pedang atau al waktu kassaif", yang maksudnya jika kita tidak bisa memanfaatkannya maka justru waktu ini yang akan menebas kita.

Berjalannya waktu hingga kini masuklah jaman konsumerisme dan uanglah rajanya, sehingga tidak heran banyak diantara kita bahkan dari anak masih kecilpun sudah ditanamkan bahwa "waktu adalah uang atau time is money (pepatah barat)". Mirip dengan di paragraf pertama namun seolah terdefinisi mengarah pada fokus materi duniawi semata.

Kita sendiri tentu tidak bisa bohong kalau waktu itu layaknya dunia maya, tidak nyata, dan hanya terlintas saja. Yang kita hanya tau apa itu nama-nama urutan hari, bulan, ataupun tahun. Yang hanya bisa kita hitung dalam satuan detik, menit, jam saja. Ataukah tingkat kecepatan, juga percepatan dibalik sang waktu tersebut. Dan tidak aneh bahkan orang jawa sudah mengenal istilah "ati-ati aja sampek dipangan bethara kala", yang artinya yang hati-hati agar jangan sampai kemakan atau tertelan sang waktu (kala), atau dengan kata lain jangan sampai kita menyesal.

Melihat hal-hal yang sudah tertanam diatas menimbulkan berbagai dampak sosial, budaya, agama, dan kemasyarakatan. Semua berlomba untuk mengejar raja dunia (uang). Mereka berlomba dengan mengendarai waktu sesuka mereka. Dan sungguh hanya yang mahir dan mampu menguasai waktulah pemenangnya. Lalu bolehlah baru kita sebut dalam dunia keduniawian penempatan manusia di tempat yang benar dan tepat sesuai keahliannya (right man in the right place).

Jadi ingat dalam infotainment berita di media elektronik beberapa waktu yang lalu. Adalah seorang pengacara hebat berasal dari wilayah timur negeri kita Indonesia. Yang sekarang dia menetap dan berkarir luar biasa di ibukota Jakarta. Betapa hebatnya dia menghadiahi putrinya di waktu ulang tahun sang anak dengan sebuah mobil keluaran eropa dengan harga milyaran rupiah. Dalam lain waktu tatkala dia diundang menghadiri talk show mengenai karirnya dengan entengnya dia bilang bahwa total harga dari jas, kemeja, dasi, celana, cincin, asesoris yang menempel di tubuhnya hampir mendekati 1 milyar. Ditanya apakah dia takut dengan hal itu bisa mengundang niat jahat orang lain? Dan diapun dengan senyum sambil menunjuk pojok ruang sudah ada beberapa lelaki berwajah sangar dan siap mem-backing sebagai bodyguard nya. Tentulah sebagai orang awam kita bertanya-tanya bagaimana dia bisa mendapatkan serba luar biasanya gelimbang harta dunianya. Bahkan diapun bukanlah seorang muslim. Tidak perlu repot kita cari tahu dia sendiri sudah menjawab bahwa semuanya dia dapat setelah lebih 30 tahun bergelut dan total di bidangnya. Wajib bangun jam 03.00 pagi dan baru tidur di sekitar jam 00.00 malam hari. Terus tanpa henti. Rutin. Total. Demi masa depan keluarganya. (Dalam Islampun sudah dinyatakan hal yang mirip "masuklah secara kaffah atau total" tentu lagi bukan hanya masuk Islamnya tapi total rutinitas dalam ibadah dan usaha kita)

Ada juga tidaklah jauh dari desa tempatku dilahirkan. Bahkan dia bisa kujadikan contoh dikajian ini tentang begitu hebat pengaturan waktu atau manajemen waktunya. Bagaimana tidak selain sebagai paramedis di salah satu rumah sakit swasta di kota kecil Ponorogo, Jawa Timur, diluar aktifitas rutinnya dia bisa total di bidang lain. Itupun dia jalani dengan total pula. Tidak satu bidang saja bahkan lebih, dan semuanya dikerjakan dengan total, sehingga tidak heran sekarang dia sukses dan mampu membuatku seolah merasa rendah diri di samping dia, seorang teman waktu sekolahku dulu. Dan dialah yang sering mengajakku untuk ikut dia berbisnis tanpa mengeluh karena rengekanku yang masih saja malas dengan alasan waktu belum mengijinkanku. Klise memang dan memang inilah yang terjadi. Sampaipun pernah satu dua kali ikut pertemuannya tetap saja bengal hati dan semangat ini untuk berkarya. Dia telah mendapatkan semuanya diusia muda nan penuh jiwa menggelora ini tanpa melepas fitrah sebagai seorang muslim. Sebuah mobil, motor mewah terbaru, alat komunikasi, rumah istimewa, anak istri yang mengiringnya dengan mesra. Luar biasa, meskipun dan apapun itu dia bisa memanfaatkan waktunya efektif dalam setiap jengkal waktunya tiap hari, lalu minggu, dan seterusnya, dan masih ada contoh serupa dari berbagai teman seprofesi paramedisku yang selain aktifitas wajibnya masih bisa dan sukses di bisnis lainnya.

Sebenarnya dulu ku juga pernah merasakan sampai begitu susahnya aku mengatur waktuku dengan kumpul keluarga karena di satu minggu hari aku harus hilir mudik merangkum tiga tempat kerja meski masih dalam profesi. Di rumah masih membantu keluarga dan masyarakat sekitar yang menghendaki pertolonganku semampu aku. Belum waktu itu aku di waktu kuliahpun jiwa kerja dan berwira itu sudah ada, pun waktu di waktu sekolah juga, seperti ke sungai mencari batu atau pasir, ikut sebagai kuli pembangunan jalan dan dam bendungan sungai, di kampus aku sebagai asisten klinik dokter yang juga dosenku, juga rela menjadi salesman buku medis dan sejenis jadi bawahan seniorku. Pokoknya semua yang menghasilkan uang meski tidak seberapa ada kesempatan pasti aku libas. dan sampai pada akhirnya aku merasa jenuh, karena kasihan pada teman yang belum juga dapat kerja meski sudah wisuda dengan rela hati sebagai ibadah insya Allah aku kasih dua jobku untuknya. Juga ditambah wejangan seorang senior dilahan baru yang merujuk bahwa aku rugi waktu tanpa hasil kalau tidak fokus satu saja. Akhirnya disaat labil jiwa mudaku waktu itu sampai kusadari sekarang hal itu bodoh karena menyia-nyiakan kesempatan emas demi keluarga. Dan semua sudah terjadi tidak perlu disesali. Karena aku sadar selalu ada hikmah di balik setiap masalah di hidup kita dan itulah yang dinamakan "pengalaman".

Namun syukur dan rasa terimakasih luarbiasa tidak boleh dilupakan. Sebenarnya jalan-jalan lain terbuka terus dimana-mana semua bidang di dekatku. dari info, ajakan, bisnis, kerja, sampingan, dan seterusnya. Niat dan kemauan sebagai manusia normal masih ada bahkan masih terus menggebu. Teta.pi sekali lagi berucap "biarlah waktu yang menjawab", sekarang aku belum mempunyai senjata melawan waktu itu. Senjata yang hanya aku atau keluarga yang tahu. dan itu bukan karena kebodohan tapi karena keadaan yang menghentakkan dan membenamkanku hingga beberapa tahun lagi. Biar saja toh Allah SWT ternyata sebenarnya tidak melupakan umat-Nya. Aku yakini itu. Sudah dinyatakan dalam dalil "bahkan semua sudah membawa rejeki masing-masing, tinggal harus berusaha mendapatkannya". Yang penting rejeki itu halal dan harus menepis kata orang "nyari yang haram saja susah apalagi yang halal". Masya Allah.

Sebenarnya orang masih berdebat kusir, waktu untuk kerja dan bisnis banyak, uangmu banyak, tapi bagaimana waktu berkumpulmu dengan keluarga, bagaimana kau tau perkembangan anakmu, apa masalah yang terjadi di lingkungan rumahmu, sekitarmu. Pun tidak berarti para pengangguran yang terdidik ataupun tidak merasa berkuasa dan nyaman dalam hidupnya, apakah dia tidak berfikir kalau orang-orang pengampunya sudah tak ada kemana dia akan bergantung hidup tanpa usaha, apalagi bila dia laki-laki bagaimana ia bisa menghidupi anak istri atau keluarganya? Jadilah semuanya ideal dan seimbang. Kata Ustadz saya al mukarom Gus Agus Mahmud Isa Mudhofar, Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Al Kholily Ma'unah Sari Sampung Ponorogo, Beliau mengatakan untuk menguatkanku "sabar, semangat, bekerjalah pada tempat yang hatimu nyaman, bilapun ada usaha atau bisnis duniawi dengan janji uang melimpahpun bila hatimu tidak sreg atau tidak nyaman dan ragu-ragu sebaiknya tinggalkan saja toh Allah pasti memberi jalan rejeki kita namun sesuai jerih payah kita, bukan hanya menengadahkan tangan saja"

Semoga Allah SWT memberi jalan terbaik dan tepat untukku, keluarga, dan umat di jalan dien-Nya. Amin.

Wallahu a'lam.

(www.heneznurianto.blogspot.com//22-05-2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar